Rabu, 27 Agustus 2008

Melepas Kedok Jemaah Tabligh

Posted by Haitan Rachman on August 10, 2008

Kepada Kaum Muslimin,
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Mudah-mudahan Allah swt memberikan Rahmat, Ampunan dan LindunganNya kepada sdr. sekalian. Telah banyak pandangan yang berkaitan usaha da’wah dan tabligh (orang mengenalnya sebagai jama’ah tabligh). Mudah-mudahan tulisan di bawah ini memberikan wacana atau juga pengetahuan baru bagi sdr. sekalian, dimana tulisan ini merupakan analisa dan juga pengamatan terhadap usaha da’wah.

Jika ada tulisan saat ini disebarkan melalui berbagai media, apakah itu internet dan lainnya, dengan judul yang sangat cukup sensasi yaitu “membongkar kedok jama’ah tabligh”.Dan sekarang kami suguhkan dengan judul yang hampir sama “Melepas Kedok Jama’ah Tabligh”.

Sdr. sekalian dapat mencermati kedua judul yang hampir bersamaan, dan kami secara jujur ini merupakan wacana yang baik untuk dipelajari. Yang satu memberikan kerangka kritik, dan yang lainnya memberikan keranga survey dan analisa. Silahkan untuk dicermati dengan baik dan buka lebar-lebar diri kita untuk mendapatkan berbagai kebaikan dari siapapun.

Terimakasih,
Pengelola Usaha Da’wah-WordPress-Com

Sumber: http://imanyakin.wordpress.com/2008/07/25/melepas-kedok-jemaah-tabligh-bagian-1/

Risalah kecil yang disusun oleh : Abu Muhammad Fahim

KATA PENGANTAR

Sebagai seorang pengamat harokah di Indonesia, saya tertarik dengan ucapan pimpinan Jemaah Tabligh (istilah yang penulis pakai buat orang yang kerja dakwah di masjid Kebon Jeruk) di Indonesia, ketika seorang ustadz kritik jemaah tabligh. Beliau (almarhum) katakana : “Jangankan kerja tabligh, ‘kentut tabligh’ saja anda tak paham.”

Setelah saya amati program yang diadakan yakni khuruj fi sabilillah ternyata kerja tabligh yang mereka buat seperti khazanah lautan yang tak habis jika digali.

Orang menyangka bahwa karang adalah lautan, air adalah lautan, ada yang menyatakan juga ikan, rumput laut, pasir, dsb. Padahal lautan adalah kumpulan dari itu semua secara menyeluruh.

Kebanyakan pencemooh jemaah tabligh hanya melihat sebagian dari kerja jemaah, sehingga terlihat kekurangan disana sini seperti anggapan mereka tentang bodohnya ahli jemaah dalam hal masail, hukum Islam, dsb. Kalaulah kita mau melek sedikit, membuka hati dan mau menerima kekurangan mereka, maka di balik itu ada suatu kekuatan yang akan menjadi harapan bagi kejayaan umat Islam.

Mereka tampil di permukaan, berjalan di tengah manusia dengan segala kekurangan, tetapi hati mereka tawajjuh kepada Allah SWT, sehingga Allah tampakkan bantuan-Nya ke atas mereka. Banyak negeri yang sudah didirikan markaz dakwah mereka, tak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung, mereka laksana air bah.

Islamisasi di segala bidang tak terlihat tetapi dapat dirasakan oleh umat. Mereka tak suka expose di media masa, hasil kerja mereka hanya untuk menyenangkan Allah dan Rasul Nya.

Dalam buku ini saya mencoba melepas sedikit tirai/kedok mereka yang masih tersembunyi di mata orang awam, agar mereka objektif menilai kelebihan dan kekurangan jemaah tabligh, dan tidak mendengar dari satu pihak yang memiliki hasad terhadap hasil kerja mereka.

Walaupun saya menyadari tak dapat menjelaskan itu semua secara gamblang karena perlu keseriusan dalam hal ini, juga penyertaan diri dalam program khuruj fi sabilillah bersama mereka, namun semoga saja dari sedikit apa yang saya ketahui ini dapat menjadi jembatan persatuan umat agar tidak saling mencaci dan mencari-cari kesalahan saudara muslim, sehingga hari demi hari kita sibuk memikirkan bekal kita untuk berjumpa dengan Allah SWT.

Dan akhirnya saya pun akui bahwa ‘kentut’ tabligh saja saya tak tahu. Wallahu a’lam.

Catatan : Dalam buku ini saya gunakan nama Jemaah Tabligh untuk menyebut orang-orang ahli dakwah karena hal ini sudah masyhur di kalangan awam.

MISTERI JEMAAH TABLIGH

Tiba-tiba saja dunia heboh ketika menyaksikan di jalan-jalan, di kantor-kantor, tempat perbelanjaan, di pasar-pasar terlihat laki-laki berjenggot dan memakai gamis, celana di atas mata kaki berjalan dengan bebasnya, tak terkesan dengan suasana. Adat memakai kopiah bagi laki-laki dan bercadar bagi wanita mulai hidup di tengah-tengah masyarakat dan terasa tak tabu lagi. Ada apa gerangan ?

Pemandangan kontras terjadi di sekitar Masjid Jami’ Kebin Jeruk yang menjadi pusat kegiatan seluruh Indonesia bagi satu jemaah yang dinamakan oleh kebanyakan orang jemaah tabligh. Di tengah hingar-bingarnya kota Jakarta dengan kehidupan malam yang berbau sex dan kriminal, ada kumpulan orang yang terlihat bergamis sopan, selalu tundukkan pandangan bahkan tak memandang sedikit pun kepada wanita-wanita yang lalu lalang dengan pakaian seronok.

Pemuda-pemuda yang biasa menghabiskan masanya dengan hura-hura terlihat begitu antusias dalam mengamalkan agama, orang kaya dengan mobil mewah terlihat tawadu’ tak menampakkan kekayaannya. Padahal konon menurut mereka terkadang yang hadir dalam pertemuan mereka di malam jumat ada pejabat Negara, namun tidak terlihat perbedaan di antara mereka. Masya Allah…!

ASAL USUL NAMA JEMAAH TABLIGH

Nama Jemaah Tabligh sendiri sampai sekarang tak ada yang tahu dari mana asalnya. Karena orang tak akan temukan plang-plang nama di depan markaz mereka sebagaimana layaknya organisasi atau kelompok seperti secretariat AHMADIYYAH, LDII atau memiliki majalah atau bulletin yang menjadi Icon harakah seperti Hizbuttahrir, atau majalah Khilafah untuk Jemaah Khilafatul Muslim, majalah salafi untuk kajian salafi (termasuk assunnah, arrisalah, dsb) tak ada kop surat yang bersimbol “tabligh”, kaos, spanduk, selebaran, yang mempropagandakan kelompok. Misalnya bentuk partai.

Dan yang lebih menarik mereka tidak menarik dana dari manapun, tak ada rekening Bank yang mewakili mereka untuk di transfer sebagai dana perjuangan harokah lain. Kenyataan yang aneh mereka bisa pergi melalang buana ke seluruh dunia tanpa terkecuali, orang kaya, orang miskin, pejabat, petani, tukang somay, dll.

Seorang yang awam dari mereka jika ditanya tentang dari mana ia dapatkan dana? Mereka selalu katakana dari Allah..! Sumber dana mereka berasal dari kantong-kantong mereka sendiri karena mereka membuat tertib “berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri sendiri.”

Sedangkan nama jemaah dinamakan oleh orang yang tak simpati kepada gerakan mereka bermacam-macam nama yang diberikan kepada mereka, ada yang menamakan JT (di Jakarta) tetapi di Palu namanya ‘musafir’. Di India dan Pakistan orang cukup katakan ‘jemaah’ langsung paham kalau itu mereka. Ada juga yang katakan jemaah jenggot, jemaah sarung, jemaah kompor, jemaah sendalan, bahkan yang ekstrem mereka katakan jemaah pengangguran karena selalu berada di Masjid.

Tetapi orang-orang yang menjadi penanggung jawab jika ditanya tentang nama jemaah mereka, mereka akan cerita tentang syaikh besar mereka yakni Syaikh Maulana Muhammad Ilyas Rah.A yang pernah mengatakan :

“Jika saya disuruh menamakan Jemaah yang saya buat ini, maka akan saya namakan Jemaah Pergerakan Iman (Harakatul Iman), tetapi kita tak boleh menambah nama dalam Islam dengan nama.”

Salah seorang ulama mereka Syaikh Maulana Jamil di dalam ceramahnya mengatakan : “Jangan mengatakan kita orang tabligh karena perkataan itu memecah belah umat Islam.”

JEMAAH TABLIGH TIDAK MEMILIKI KARTU KEANGGOTAAN

Jika seseorang diajak oleh mereka untuk keluar di jalan Allah yang disebut tasykil dalam istilah mereka, maka cukup mendaftarkan dirinya dengan mencatat nama di tim tasykil yang mereka tunjuk. Kemudian orang itu akan dimasukkan ke jemaah yang sudah di bentuk sekitar 10 orang atau lebih (jemaah minimal berjumlah 3-4 orang).

Di dalam jemaah ada orang yang sudah lama aktif dalam tabligh, ada yang baru, ada ustadz, bahkan terkadang Hafidz Al Quran.

Tidak ada kartu anggota yang diberikan kepada jemaah, sehingga tidak seperti organisasi yang memiliki kartu keanggotaan.

Pernah ada seorang yang ikut dengan mereka namun disebabkan kekecewaan terhadap oknum di dalam tabligh, maka orang itu katakan : Saya akan keluar dari Jemaah Tabligh. Maka mereka katakan : Bagaimana anda akan keluar dari Tabligh sedangkan anda tak pernah masuk tabligh, sebab di Tabligh tak ada keanggotaan.

Mereka beranggapan bahwa Tabligh bukanlah sebuah Nama Jemaah tetapi Tabligh adalah sebuah kerja yang harus dibuat oleh seluruh orang Islam tanpa terkecuali. Bahkan diantara mereka berkata : Kami di Tabligh bukan disuruh masuk tetapi di suruh keluar yakni keluar di jalan Allah.

AQIDAH JEMAAH TABLIGH

Aqidah Jemaah Tabligh adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah, ini bisa dibuktikan dari ucapan para masyaikh mereka di Pakistan, di Indonesia bisa langsung ditanyakan kepada Kyai-Kyai yang sudah ambil bagian dalam kerja Dakwah ini.

Walaupun tidak mempropagandakan Aqidah Ahlu Sunnah wal Jamaah dengan lafadz, namun bisa dibuktikan sbb:

1. Di Pondok Pesantren mereka baik yang di Reiwind Pakistan atau di dalam negeri (Magelan dan Temboro misalnya) dikaji kitab Kutubussittah, artinya bukan seperti orang syiah yang anti Bukhari atau sebagian kelompok lain ‘menuhankan’ Bukhari dan menafikan kitab Hadits yang lain).

2. Di dalam kitab yang mereka baca secara Ijtima’I misalnya Fadhilah A’mal mengutip kisah semua sahabat tanpa membedakan.

3. Ulama-ulama mereka menulis syarah Kutubussittah seperti Syarah Imam Abu Daud dan Imam Muslim (kitabnya beredar di India). Maulana Zakariya Rah. A menulis syarah Muatho’ yakni kitab Auzajul Masalik.

4. Tidak pernah mengatakan Al Quran adalah makhluk seperti kaum Mu’tazilah.

5. Tidak ada pengkramatan kubur-kubur seperti Breelwie di India bahkan golongan penyembah kubur membenci mereka (penulis membuktikan sendiri melihat ketidaksukaan Breelwie kepada Jemaah Tabligh). Sementara isu fitnah yang mengatakan orang tabligh tawaf di kubur semuanya tidak betul. Wallahi..!

6. Tak ada ajaran mereka tawaf di kubur. Kubur yang mana? Sedangkan di markaz Reiwind tidak ada kuburan satupun di sana. Wallahi!

7. Tidak ada amalan dzikir-dzikir khusus atau wasilah terhadapa wali-wali / makhluk untuk sampai kepada Allah. Dapat dibuktikan… datanglah ke markaz mereka tak ada satupun ruangan khusus yang digunakan untuk amalan demikian, dan tak pernah diajarkan mereka bahkan mereka selalu berkata: “Makhluk adalah hijab antara hamba dengan Allah bukan sebagai wasilah”.

Uluhiyyah mereka lurus hanya beribadat kepada Allah SWT saja bahkan dalam ceramahnya Ulama mereka Syaikh Saad Al Kandahlawi telah katakan bahwa maksud ruku’ dalam sholat adalah agar kita tak boleh menundukkan kepala kita kepada selain Allah SWT. Bahkan mereka katakan : Bahwa menundukkan kepala kepada orang lain adalah hakikat penyembahan.

Di Markaz Reiwind jika kita memberi salam sambil menunduk maka para ulama di sana akan marah.

Sedangkan Rububiyyah mereka tak bisa diragukan lagi mereka siap tinggalkan anak isteri karena keyakinan yang kuat bahwa Allah Ar Raziq (Maha Pemberi Rizqi). Mereka datang ke negeri kafir dengan mengandalkan kekuatan amal, yakin Allah yang berkuasa sedangkan makhluk tak bisa memberi manfaat dan mudharat tanpa izin Allah SWT terlihat dari ceramah-ceramah mereka tentang Qudratullah, Pertolongan Allah kepada para Nabi, shahabat, serta berbicara tentang ta’rif iman yang ada dalam Al Quran dan Al Hadits.

Justru orang-orang yang mengkritik aqidah Jemaah Tabligh ketika mereka diajak / tasykil : Ayo kita keluar di jalan Allah 4 bulan.!! Kebanyakan mereka menjawab. Hah..!! 4 bulan tinggalkan anak isteri, gak kerja, anak saya makan apa? Ini aqidah rububiyyah apaan???

Melepas Kedok Jemaah Tabligh, bagian 2

Posted by Haitan Rachman on August 10, 2008

Sumber: http://imanyakin.wordpress.com/2008/07/25/melepas-kedok-jemaah-tabligh-bagian-2/

SEKITAR MARKAZ NIZAMUDDIN

Nizamuddin merupakan Basti atau kampung di kota New Delhi. Sebagaimana Nabi-Nabi diutus seluruhnya di Ummul Qurro’ atau ibu kota, begitu pulalah Jemaah Tabligh membuat kerja dan mengendalikan gerakan diseluruh dunia dari Ibu Kota Negara India yang mayoritas beragama Hindu.

Bahkan mereka dihadirkan di tengah-tengah gencarnya kebencian kaum Hindu dan Sikh di India. Tak jarang kekerasan fisik dilakukan oleh orang Hindu terhadap umat Islam lebih-lebih tatkala perpecahan India dan Pakistan. Jutaan umat Islam mati dibunuh di India. Tetapi terlihat banyak pertolongan Allah kepada Jemaah yang mubarok ini.

Mereka tetap eksis, di tengah gejolak negeri India dan hingar bingar kota New Delhi. Pada saat terjadi peperangan antara Pakistan dan India, Syaikh M Ilyas Rah A. tetap perintah jemaahnya tetap hidupkan amalan masjid, tak terkesan dengan peperangan tetapi kesan kepada amalan agama.

Markaz mereka terdiri dari 5 lantai, bangunannya tak besar. Di dalam bangunan masjid terlihat garis hijau terang pada plafon untuk menunjukkan bahwa bangunan asli Nizamuddin di zaman Syaikh Ilyas sangat kecil, lainnya merupakan perluasan masjid mengingat tak muat lagi menampung jemaah yang datang dari seluruh dunia.

Karena pelebaran itulah maka makam Syaikh Ilyas yang berada di belakang masjid akhirnya menempel dengan tembok masjid yang merupakan pembatas antara kuburan dengan masjid. Jika kita tidak bertanya dimana makam itu, maka kita tak akan tahu karena makam itu tak dapat dilihat langsung dari lantai dasar Karena tebalnya dinding pembatas dan tak adanya jendela antara kubur dengan masjid. Kita baru bisa lihat kalau kita naik ke atas lantai.

Di depan masjid ada lokasi kuburan orang tempatan, antara mihrab dengan lokasi kuburan dibatasi oleh jalan setapak sehingga tanah kuburan dengan masjid tidak bersatu. Karena padatnya kota New Delhi di depan pintu markaz ada pasar tradisional yang umumnya berdagang adalah orang India yang belum ambil kerja dakwah, terlihat dari kumis-kumis mereka yang tebal dan banyak yang cukur jenggot mereka.

Ruang bawah adalah dapur, tempat makan jemaah tempatan yang berasal dari India dan tempat wudhu dan sebagian tempat sholat bagi tempatan. Lantai dua merupakan ruang sholat dimana imam sholat berada di sana. Sholat lima waktu di Imami oleh Maulana Saad Al Kandahlawi, seorang yang faqih dalam ilmu agama. Lantai dua juga merupakan tempat makan foreign jemaat yang dari berbagai Negara, di sana mereka makan bersama para masayikh mereka di antaranya Maulana Zubair, Maulana Mustaqim, Maulana Daud, dan Maulana Yaqub.

Para tamu dari luar negeri beristirahat di lantai 3 terkadang jika penuh di lantai yang lebih atas lagi. Lantai 5 digunakan untuk menjemur pakaian. Tak ada tulisan apapun di dalam masjid kecuali penuntun arah seperti Istiqbal (tempat menerima tamu). Tulisan Tasykil untuk menunjukkan tempat mencatat nama ketika hendak keluar di jalan Allah. Tulisan Foreign untuk menunjukkan tamu, dsb yang semua petunjuk itu sebagai penunjuk arah bagi tamu yang baru pertama kali datang ke sana.

Tidak ada tulisan seperti yang dituduhkan oleh para PENDUSTA bahwa di markaz Nizamuddin ada tulisan sandi di pintu mereka berlambang surat Al Falaq, An Naas dan berbagai angka sandi. Masjid mereka bersih dari tulisan kaligrafi apapun. Di depan tembok masjid tertulis Banglawali Masjid yakni nama masjid yang menjadi markaz.

Jika kita bertanya tentang Masjid Nizamuddin maka orang akan mengantar kita ke masjid Nizamuddin yang merupakan makam Nuzamuddin Aulia seorang wali tanah Hindustan dimana orang di sekitar sana memuja-muja kuburan wali-wali dan beribadat kepada mereka. Letak masjid itu hanya beberapa ratus meter dari Markaz Tabligh yakni Banglawali Masjid.

Disinilah letak kekeliruan para pengeritik di mana mereka melihat Nizamuddin Masjid tempat pemujaan kubur. Penulis sendiri ketika berkunjung ke sana dan di bandara ditawarkan oleh pengemudi Reksa (bajaj) dengan teriakan Nizamuddin….Nizamuddin…Nizamuddin, maka ketika naik penulis dibawa ke Masjid Nizamuddin Aulia tempat pemuja kubur. Pakaian mereka dan jenggot serta atribut sama dengan jemaah tabligh. Sehingga banyak orang menyangka bahwa jemaah tabligh penyembah kubur, sehingga ucapan ini perlu TABAYYUN datang ke sana membuktikan langsung. Itulah sebabnya setiap jemaah diseru untuk pergi ke sana untuk menjawab sendiri tuduhan FITNAH yang menyebar.

Makanya tak ada jemaah tabligh yang goyang keyakinannya setelah ke sana walaupun di internet, buku-buku, majalah-majalah, yang mengkritik mereka habis-habisan tetapi keyakinan para tablighi tak goyah karena mereka telah melihat langsung KEBOHONGAN para PENDUSTA yang mengkritik mereka.

MARKAZ REIWIND

Reiwind ada di wilayah Lahore. Dari kota Lahore dengan bis kita akan sampai dalam waktu setengah jam ke sana. Markaz mampu menampung 20.000 jemaah setiap hari. Tampak setiap orang di dalamnya sibuk dengan amal. Tak ada perkara dunia yang dibicarakan.

Musyawarah agama dilakukan tiap hari sekitar 2 jam pada jam 8 atau jam 9 pagi. Sepuluh ribu orang dihantar keluar di jalan Allah setiap harinya baik dalam maupun ke luar negeri. Dalam pada itu juga 10.000 orang setiap hari masuk selesai bergerak keluar di jalan Allah. Suasana seperti shahabat Nabi dalam mempersiapkan Jihad akan tampak di sana.

Setiap subuh Masyaikh mereka yakni Syaikh Abdul Wahhab memberi ceramah pentingnya Usaha Atas Agama. Jam 10 diberikan bayan Nasihat bagi yang mau keluar di jalan Allah yang dinamakan Bayan Hidayah. Ada sepuluh halaqoh di dalam markaz setiap hari dan program markaz baru berakhir setelah jam 12 malam di musim panas dengan pembacaan kitab Hayatusshahabah.

Ada 6 amalan ijtimaiyyat dalam markaz, yakni :

1. Musyawarah Harian

2. Bayan Hidayah

3. Taklim Ba’da Dzuhur

4. Bayan Ba’da Ashar

5. Kargozary (laporan perjalanan) selama keluar di jalan Allah

6. Taklim Akhir

Para ulama di sana menekankan selalu hadir dalam majlis ijtimaiyyat amal, bahkan Syaikh Ihsan dalam ceramahnya selalu mengatakan : “Siapa yang tidak hadir dalam 6 amalan ijtimaiyyat markaz maka sebenarnya pada hakekatnya tak pernah datang ke Reiwind.

Jika memperhatikan markaz mereka di Reiwind kita akan tercengang dibuatnya, bagaimana tidak? Para tamu yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu orang setiap hari dijamu makan gratis dengan lauk pauk daging setiap hari 3 kali ditambah minum susu / cae (teh susu) atau yogurt setiap pagi dan sore. Belum lagi listrik mereka begitu banyak penggunaannya, untuk air mandi, cuci, dan minum. Air kran di sana terasa hangat di musim dingin dan terasa dingin di musim panas.

Ahli dunia akan berfikir bagaimana cara manajemennya? Padahal Reiwind bukanlah pabrik yang punya produksi yang bisa dijual untuk membiayai operasional. Di sana hanya kita temui orang yang sibuk fikirkan agama, suara dakwah antar mereka terdengar seperti lebah, orang bicara kebesaran Allah, saling senyum, salam, dan ikrom terlihat di sana.

Mungkin tak ada satu Negara yang sanggup buat seperti mereka dalam melayani tamu.

MARKAZ KEBON JERUK INDONESIA

Di Jalan Hayam Wuruk 83 di kelilingi oleh kesibukan kantor, toko, bahkan ada yang buka 24 jam. Maka di Masjid Kebon Jeruk hidup amalan masjid 24 jam. Kalau kita datang jam berapa saja maka istiqbal siap layani kita.

Masjid ini merupakan masjid tua yang dibangun oleh seorang Muslim Cina yang makamnya berada di samping kiri masjid jika kita masuk dari pintu belakang dan sebelah kanan masjid jika masuk dari pintu depan.

Makam ini tadinya ada di luar masjid tetapi karena kebutuhan jemaah yang sudah tidak ketampung lagi maka dilebarkan ke belakang. Sekarang makam itu dibatasi dinding antara masjid jadi seolah berada di luar masjid. Jika orang baru datang ke sana maka tak akan tahu kalau itu adalah makam.

Tak ada orang yang khusus ke sana untuk menziarahi makam itu, bahkan dilarang, karena makam dan masjid merupakan cagar budaya yang jadi asset pemerintah ibu kota. Bahkan banyak orang tabligh yang berasal dari daerah tak tahu kalau itu kuburan.

Melepas Kedok Jemaah Tabligh, bagian 3

Posted by Haitan Rachman on August 10, 2008

Sumber: http://imanyakin.wordpress.com/2008/07/26/membuka-kedok-jemaah-tabligh-bagian-3/

MALAM MARKAZ JEMAAH TABLIGH

Umumnya mereka berkumpul seminggu sekali dalam Ijtimaiyyat (Di Pakistan dikenali dengan istilah Shabi Jumat). Seluruh markaz dunia dan Negara mengadakan pertemuan di malam jumat sedangkan markaz daerah seperti Sukabumi di malam minggu, Bogor di malam minggu, tangerang di malam sabtu, dsb.

Di markaz Indonesia Masjid Kebon Jeruk setiap malam jumat hadir sekitar 5000 orang. Mereka ada yang berpakaian tentara, polisi, pegawai kantor, umumnya bergamis dan berwarna putih. Tidak ada komando khusus untuk berpakaian tetapi umumnya mereka menggunakan model jubah atau gamis Pakistan.

Di luar negeri sendiri malam markaz sama di malam jumat. Bahkan di markaz Sri Petaling yang megah sering disholati oleh sultan Malaysia.

Di Karachi hadir dalam malam markaz sekitar 23.000 orang. Di Peshawar sampai 2 kali malam markaz, yakni Sabtu dan Jumat karena membludaknya orang yang hadir padahal betapa besarnya markaz di sana. Di Faisalabad sampai dirikan markaz baru karena tak muat lagi tampung jemaah.

Bayangkan kekuatan amal ijtimaiyyat yang mereka buat setiap malam jumat bersambungan antar Negara dalam satu amal yang sama, apakah hal ini tak menarik pertolongan Allah SWT ? Bukankah Tangan Allah bersama Al Jamaah. Jemaah adalah kumpulan orang beriman yang satu fikir, satu hati, dan satu kerja.

TANTANGAN JEMAAH TABLIGH

Menurut ulama mereka, yakni Syaikh Yusuf Al Kandahlawi bahwa tantangan kerja Tabligh bukanlah para peminum khamar atau ahli maksiat tetapi tantangannya adalah orang dakwah juga tetapi hanya menyeru orang kepada ibadat saja.

Ngajak orang hanya sholat, dzikir, dsb. Tetapi tidak menyuruh orang untuk berdakwah kembali. Dia sholat dan ajak orang lain untuk sholat juga.

KRITERIA PARA PENENTANG JEMAAH TABLIGH

Tak semua penentang jemaah tabligh adalah penentang hakiki, tetapi kebanyakan mereka setelah begitu keras menentang jemaah yang datang ke tempat mereka lama kelamaan hati mereka menjadi lembut setelah melihat akhlak jemaah. Bahkan tak jarang mereka akhirnya bergabung dengan para tablighi buat kerja keluar di jalan Allah untuk sebarkan agama.

Adapun umumnya kriteria para penentang jemaah tabligh sbb :

1. Orang Yang Cinta Kepada Agama

Yakni para ustadz dan orang yang memiliki ilmu agama, dimana dia dipercaya di suatu kampong sebagai penghulu kampong atau ulama di tempat tersebut. Mereka menghalangi jemaah karena khawatir tersebarnya ajaran sesat di tempat mereka. Karena ketidaktahuan mereka terhadap jemaah tabligh dan kehati-hatian di dalam mengemban amanat agama agar umat tidak tersesat.

Biasanya type seperti ini karena keikhlasan mereka dan mereka tabayyun dengan jemaah akhirnya Allah lembutkan hati mereka, dan membiarkan jemaah membuat program di tempat mereka sambil diawasi. Ketika tidak terlihat perbedaan dalam ajaran barulah mereka terima jemaah. Hal ini banyak terjadi di daerah Jawa Timur dan Madura.

2. Orang Yang Cinta Kepada Bangsanya

Umumnya mereka para perangkat RT sampai kecamatan, dimana mereka khawatir aliran sesat masuk ke tempat mereka. Sehingga terkadang mereka wajibkan surat jalan, KTP, dsb. Setelah surat terpenuhi baru mereka menerima, tak jarang ketika melihat perubahan yang terjadi di tempat mereka barulah mereka simpati kepada jemaah bahkan sebagian mereka ada yang ikut ambil bagian dalam jemaah. Hal ini banyak terjadi di daerah Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dll.

3. Harokah Islam Yang Mempunyai Gerakan Politik

Dikarenakan jemaah tabligh tidak berpolitik dan bergerak terus menyebarkan ajarannya kepada umat Islam secara terbuka, maka hal ini potensi mengurangi suara mereka dalam PEMILU. Jemaah Tabligh tak bisa diperlakukan seperti oraganisasi lainnya dimana bisa dijadikan kantong suara dengan cara Bargaining Politik akan memberikan jabatan kepada Pemimpin Organisasinya. Sehingga Sang Pemimpin akan anjurkan anggotanya memilih salah satu Partai Politik dalam PEMILU. Tak ada satu ucapan yang mengomentari tentang PEMILU / Politik di antara mereka, tak ada anjuran untuk pilih partai tertentu.

Bahkan di saat PEMILU pun mereka tetap sibuk hantar jemaah tak terkesan dengan suasana PEMILU, karena menurut mereka pemimpin yang adil, jujur, amanat, saying rakyat akan Allah hadirkan mengikut amalan orang-orang Islam. Jika umat Islam mentaati Allah SWT, tidak maksiat maka sebagai rahmat yang turun balasannya adalah diberikan pemimpin yang saying kepada mereka. Jika orang Islam maksiat, tak mentaati perintah Allah SWT, maka biarpun pemimpin yang diangkatnya adil, jujur, sholeh, maka lambat laun pemimpin itu akan rusak juga. Mereka meyakini ketaatan datang bukan dengan bensa dan kekuasaan tetapi datang dengan USAHA DAKWAH.

4. Harokah Kajian Yang Mengatasnamakan Al Quran dan Al Hadits

Mereka mengatakan bahwa Jemaah Tabligh ahli BIDAH tidak betul dalam Uluhiyyah dan tanpa ILMU dalam ibadat.

Hal ini wajar jika dilihat dari ta’rif Ilmu seperti mereka. Ibarat orang sekolah maka dinamakan PELAJAR adalah orang yang sekolah saja, sedangkan orang yang tak sekolah walaupun bisa baca tulis, bisa servis mobil, elektronik, dsb, tetaplah dinamakan BUKAN PELAJAR.

Orang-orang yang terlibat dalam satu kajian menganggap orang berILMU adalah orang-orang yang IKUT dalam kajian mereka saja, sedangkan orang yang tidak ikut kajian mereka biarpun mengerti fiqh, qiroaat, hafidz, muhaddits, dst, TETAP bukanlah orang BERILMU di mata mereka. INTInya harus NGAJI sama mereka.

Kekerdilan dalam berfikir terlihat di antara para pengkritik dan seolah ingin matikan SUNNAH yang diamalkan oleh jemaah tabligh seolah tidak SAH karena tidak belajar dari mereka. Bahkan ada golongan yang berani berfatwa bahwa Jamaah Tabligh bukanlah Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Memang jemaah tabligh tak pernah mengekspose kata Ahli Sunnah wal Jamaah tetapi dari mata kita dapat melihat bahwa mereka amalkan SUNNAH Nabi dengan istiqomah dan mereka hidup di dalam Jemaah orang-orang Islam tanpa dibatasi territorial apapun.

Mereka tidak menyadari bahwa air yang mereka minum berbeda. Mereka minum dari sumber ulama, syaikh-syaikh yang ingin memerangi BIDAH dalam arti MADZHAB YANG EMPAT, hanya mau kembali kepada AL Quran dan As Sunnah.

Sedangkan orang tabligh di Khurasan (India, Pakistan, Banglades, Iran, Afghanistan) adalah orang yang minum dari sumber Hanafi. Mereka tak pernah tinggalkan Madzhab bukan karena tidak pakai Al Quran dan Al Hadits.

Jujur saja jika orang Islam dalam memahami Al Quran dan Al Hadits tanpa melihat Ulama maka itu adalah hasil pemahaman sendiri.

Di antara ulama Khurasan memberi tamsil : Jika orang ingin mencari BAKUL yang terbuat dari BAMBU apakah bisa dia dapatkan di kebun bambu? Walaupun BAKUL dari bambu tetapi untuk mencarinya bukan di kebun bambu melainkan di PENGRAJIN BAKUL.

Begitu pula amalan agama walaupun dari Al Quran dan Al Hadits tetapi tidak bisa kita beribadah dengan langsung menggunakan Al Quran dan Al Hadits tetapi harus melihat Ulama beramal karena mereka adalah Warotsatul Ambiyaa’.

Para ahli anti BIDAH sering mengatas namakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim, padahal orang tabligh pun memakainya dalam kitab Fadhilah A’maal, lihatlah dalam Fadhilah Dzikir dengan seksama.

5. Orang Ahli Fitnah Dengan Prinsip Yang Penting Bukan JT

Yakni orang yang tak tabayyun terlebih dahulu, hanya membaca dari selebaran, atau ikut-ikutan orang lain. Karena kebanyakan kecaman terhadapa Jemaah Tabligh dibuat secara terbuka di Koran, majalah Islam, atau internet. Orang yang berhati kotor, ada kebencian, hasad, maka langsung menelannya dan sebarkan fitnah. Seperti beberapa khotib menyuarakannya dalam mimbar-mimbar jumat.

Umumnya kecaman dengan gaya yang sama, dan itu itu saja yang dibicarakan, seperti : Orang tabligh menyembah kubur, meninggalkan anak isteri Dzolim, mengotori masjid, dunianya / perdagangannya bangkrut gara-gara keluar, hajinya ke Pakistan bukan ke Makkah, dll.

Dan semua ini kalau diusut berasal dari satu kitab yang ditulis oleh orang yang tak dikenal keilmuannya yakni TUWARIJI yang beredar di seluruh dunia, yakni kitab HUJJATUL BALIGHOH. Yang sangat mengherankan terkadang orang yang memfitnah berani mengakui pernah ikut dalam Jamaah Tabligh, tetapi umumnya setelah ditanya tentang istilah-istilah yang merupakan bahasa hari-hari jamaah mereka tak mengetahuinya, misalnya ditanya : halaqohnya dimana? Istilah Tasykil, Tafaqud, Targhib, Zihn, Zumidar, dll.

Mereka seperti anak kecil yang punya mainan yang tak boleh dipinjam oleh siapapun, sehingga mereka hanya ingin agama jaya lewat tangan mereka, yang lain gak boleh.

Terkadang cacian kepada Jemaah Tabligh tidak menguntungkan mereka sedikitpun bahkan merugikan mereka secara waktu, harta dengan selebaran, dsb. Dan terkadang mereka paham dari orang tabligh yang baca hasutan mereka hanya sedikit saja yang terpengaruh, gak banyak. Itu pun hanya orang yang tak ikut tertib tabligh dengan betul, dan orang yang cari keuntungan dunia atau salah niat dalam tabligh.

Namun mereka sudah disemangati oleh prinsip : “YANG PENTING BUKAN TABLIGH”. Mereka kompak untuk akhirnya dalam kekecewaan dunia dan akhirat.

Syaikh Saad Al Kandahlawi dalam ceramahnya katakana :

“Orang yang menentang kerja dakwah seperti membenturkan kepala ke karang yang besar, pasti akan hancur.”

Tertib di dalam Al Quran : Jika Dakwah datang maka orang yang menerimanay akan dimuliakan, sedangkan orang yang menolaknya bahkan menghinanya akan dihancurkan ALLAH SWT.

Melepas Kedok Jemaah Tabligh, bagian 4

Posted by Haitan Rachman on August 10, 2008

Sumber: http://imanyakin.wordpress.com/2008/08/02/melepas-kedok-jemaah-tabligh-bagian-4/

PERBEDAAN DAKWAH JEMAAH TABLIGH DENGAN HAROKAH LAINNYA

1. Dakwah Mereka Mendatangi Manusia Dengan Berjalan Kaki

2. Modal Dakwah Mereka Adalah Harta dan Diri

3. Dakwah Mereka Kepada Akar Bukan Ranting Yakni Kepada Iman Bukan Fiqh

4. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Ikut Suasana dan Keadaan

5. Dakwah Jemaah Tabligh Dimulai Dari Keutamaan Amal

6. Sasaran Dakwah Mereka Adalah Orang Bodoh, Orang Miskin, Orang Pendosa (Preman, Koruptor, dsb)

7. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terkesan Dengan Kekuasaan

8. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terkesan Dengan Harta

9. Dakwah Mereka Tak Berpolitik

10. Dakwah Mereka Tidak Minta Upah

1. Dakwah Mereka Mendatangi Manusia Dengan Berjalan Kaki

Jemaah Tabligh mempunyai cara dakwah yang konvensional yakni Dakwah Bil Aqdam dengan berjalan kaki jumpa manusia, sedangkan kebanyakan harokah lain berdakwah didatangi manusia seperti kajian-kajian mereka yang datang adalah orang yang akan dengar dakwah mereka. Bahkan di saat harokah lain telah memakai sarana Radio, TV, dan majalah untuk dakwah, di markaz dakwah mereka komputer saja tidak ada.

Juga banyak yang gunakan media massa Televisi, Koran, majalah, dan bulletin. Bahkan mereka dengan gunakan propaganda besar-besar pasang iklan untuk kumpulkan massa dalam kongres mereka. Sedangkan jemaah tabligh dakwah dengan senyap-senyap namun dalam ijtima’ mereka di 5 wilayah Indonesia dihadiri ratusan ribu orang padahal tak ada satu iklanpun tertempel di jalan bahkan di markaz mereka sekalipun.

Ketika ada orang yang kritik mereka : Bagaimana mungkin dakwah masih cara begitu datang ke rumah tidak efisien, bukankah sekarang ada TV, Radio, cukup kita ngomong di studio dan didengar oleh banyak orang di rumah-rumah. Mereka katakana : Dahulu shahabat Nabi dakwah dengan cara datangi manusia maka satu negeri masuk Islam, satu kota masuk Islam, satu kampung masuk Islam. Kini orang dakwah lewat majalah, TV, Radio adakah satu keluarga saja masuk Islam?

Tetapi saksikanlah satu jamaah dihantar ke pegunungan Tengger dengan berjalan kaki maka 124 Keluarga beragama Hindu telah masuk Islam.

Ulama mereka katakan : Dakwah yang tidak ikut cara Nabi dengan inovasi atau imitasi tak akan datangkan ketakwaan. Tetapi kita dakwah harus duplikasi sehingga menjadi asbab hidayah.

2. Modal Dakwah Mereka Adalah Harta dan Diri

Berbada dengan harokah lain jika ingin ada kegiatan apapun apalagi yang bersifat pengiriman tenaga dainya pasti mencari dana dari luar, di masjid-masjid selalu diumumkan soal dana.

Jemaah Tabligh beda, mereka tak bicara duit. Setiap orang yang ingin keluar di jalan Allah maka membawa uangnya sendiri untuk membiayai kebutuhannya sendiri.

Tak ada diumumkan jemaah tabligh butuh dana untuk kirim jemaah ke Irian Jaya dsb, bahkan kotak infaq saja tak ada dimarkaz mereka yang berjalan-jalan seperti di masjid lain.

3. Dakwah Mereka Kepada Akar Bukan Ranting Yakni Kepada Iman Bukan Fiqh

Banyak harokah yang tak sabar jika lihat cara kerja jemaah tabligh yang hanya bicara tentang Iman dan Amal Sholeh melulu. Sementara mereka inginkan bukan hanya amar ma’ruf tetapi nahi mungkar, hancurkan kemaksiatan, dll.

Orang tua di jemaah mereka katakan Rasulullah tak pernah hancurkan berhala dengan tangannya agar sahabat tak sembah berhala, tetapi Rasulullah hancurkan berhala yang ada di hati para sahabat, sehingga ketika hati mereka sudah penuh dengan kebesaran Allah dan berhala talah dinafikan maka dihancurkan sendiri dengan tangan mereka.

Mereka katakan : Dakwah Nabi kepada Iman dahulu, betulkan yakin maka ketika yakin betul maka akan betulkan amal manusia.

Syaikh Yusuf Rah A sebagai Amir Jemaah Tabligh yang kedua ditanya orang : Kenapa orang tabligh tak nahi mungkar hanya amar makruf saja. Maka Syaikh Yusuf Rah A katakan : Hadits tentang hal ini bunyinya Jika kamu melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangan, bukan hancurkanlah tetapi rubahlah!! Lihatlah oleh kamu orang-orang yang telah keluar di jalan Allah telah merubah kehidupannya dalam ketaatan.

Menurut mereka difinisi berkembangnya agama ditamsilkan sebagai berikut : Seperti BAYI dan MAYAT keduanya sama-sama dapat berkembang. Bayi yang dirawat dengan baik, sabar, maka walaupun lambat bayi ini akan berkembang, dan akan disayang oleh orang banyak. Setelah dewasa aka nada manfaat. Tetapi mayat yang jatuh di kali juga berkembang menjadi besar dalam hitungan jam, cepat. Tetapi baunya busuk dan tak disukai orang menjadi sumber yang mengganggu. Begitulah agama yang berkembang dengan ushul yang benar walaupun lambat akan menjadi manfaat bagi umat, tetapi yang tak ikut ushul cepat maju tetapi mudhorot buat umat.

4. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Ikut Suasana Dan Keadaan

Dakwah yang dibuat Jemaah Tabligh tak terkesan dengan keadaan baik dalam masa aman, maupun rawan. Panas dingin, senang susah, mereka tetap keluar di jalan Allah ikut nishob yang mereka tentukan sendiri. Tak seperti harokah lain baru kirim jemaah kalau ada kejadian tertentu. Misalnya ada pemurtadan, ada gempa bumi, tsunami, orang Islam di perangi, barulah mereka buat kerja galang dana, ajak jemaah mereka ke sana. Kalau jemaah tabligh mulai program maka akan dibuatnya sampai mati.

Sampai-sampai ulama mereka Syaikh Ilyas Rah A beri nasehat : Hendaklah kalian buat jaulah tak boleh berhenti walaupun waktunya bertepatan dengan hari kematian ayah kamu, istri kamu, anak kamu. Karena jika kalian tetap jaulah maka Allah akan ampuni dosa keluarga kalian.

5. Dakwah Jemaah Tabligh Dimulai Dari Keutamaan Amal

Menurut mereka ILMU FADHOIL adalah TUJUAN sedangkan ILMU MASAIL adalah KEPERLUAN untuk mewujudkannya. Sedangkan harokah lain mereka mulai dari masail yakni ilmu cara beramal yang betul. Seperti seorang anak diberitahu Fadhilah seorang dokter bahwa dokter itu akan dapat uang banyak, dapat kemuliaan di masyarakat. Maka anak itu akan semangat belajar sungguh-sungguh dan dalam masa belajar itulah ia belajar cari jadi dokter yang baik (masail).

BUKU FADHILAH AMAL

Kebanyakan orang mengkritik buku tersebut karena isinya berisi hadits dhoif. Terjadi sedikit kejanggalan bagi para pengkritik dimana pengeritik sendiri mempunyai kaidah bahwa hadits dhoif boleh dijadikan hujjah untuk fadhilah atau untuk memberi semangat muslimin mengamalkan agama. Sementara ketika jemaah tabligh pakai hadits dhoif, banyak orang yang dahulu memakai kaidah itu justru menyalahkan seolah terjadi sentiment kepada mereka.

Menurut sebagian mereka : di dalam buku fadhilah amal berisi Al Quran dan Hadits dan disebutkan derajat sanad haditsnya. Sedangkan kisah dan tamsil serta hadits yang lain adalah untuk menjelaskan hadits yang ada. Lihatlah hadits utama yang menjadi pokok bahasan diberi nomer di setiap hadits sedangkan FAEDAH atau PENJELASAN sama dengan kitab-kitab hadits atau tafsir yang dibuat oleh ulama salaf seperti IBNU KATSIR atau syarah Riyadhus Shalihin dalam menjelaskan ayat terkadang menggunakan kisah ISRAILIYAT dan HADITS DHOIF.

Tetapi orang tidak menjadikan kitab Ibnu Katsir dhoif semua, dan tetap dijadikan acuan dalam ilmu tafsir.

Penulis Fadhilah Amal yang disebut oleh para kritikus sebagai Tablighi Nisob (istilah ini justru tak terkenal di India dan Pakistan, mereka menyebutnya Kitab Fazail) adalah ULAMA bESAR yang HAFIDZ dalam HADITS yaikni RAISUL MUHADDITSUN MAULANA MUHAMMAD ZAKARIYA AL KANDAHLAWI.

Dalam sejarah hidup beliau tertulis saat lepas dari sapihan ibunya ia telah menghafal 5 ruku’ Al Quran dan beliau HAFIDZ Al QURAN dalam usia 7 tahun. Amalan paman beliau, ayah, bibi, maupun saudaranya adalah para HAFIDZ AL QURAN dan HADITS. Beliau menulis Kitab Fadhilah Amal sambil keluar di jalan Allah dan setiap kali beliau hendak menuliskan hadits dalam kitabnya beliau selalu sholat 2 rakaat terlebih dahulu, selain itu beliau adalah pewaris dari thoreqat Chistiyyah yang disandarkan kepada Ali Bin Abi Tholib berasal dari gurunya.

Jadi baik ilmu maupun amal ruhani tak diragukan lagi. Tak mungkin beliau tak mengerti hadits dhoif dan shahih serta maudhu’ atau palsu, sedangkan seliau ada menulis satu kitab syarah bagi kitab sunan Abu Dawud dan Al Muwatho’. Lihatlah keluasan ilmu beliau yang telah mencantumkan 84 kitab yang menjadi acuan bagi buku Fadhilah Amal, maka seharusnya para pengeritik langsung mengecek kepada Maroji’.

Ilmu tentangMustholah hadits memiliki kaedah yang berbeda tiap ulama dalam menentukan shahih dan dhoif. Sehingga kisah yang masyhur hadits-hadits yang dhoif menurut syarat Bukhari dan beliau ragu memuatnya dalam kitab beliau diambil oleh Imam Hakim dan disusun menjadi kitab yang baru yang dinamakan Al Mustadrak.

Menurut mereka perdebatan tentang shahih dan dhoif dalam ilmu hadits sebenarnya telah ditutup pintunya karena terbukti ulama-ulama masih meletakkan hadits yang dhoif dalam kitab mereka seperti : Sunan Abu Dawud dan beberapa kitab kutubussitah. Sebab kalau itu berbahaya bagi agama tentu sudah dihapuskan dari kitab mereka karena mereka tak mau beresiko di Yaumul Hisab.

Imam Nawawi Rah A dalam Al Adzkar telah memuat hadits dhoif sebagai fadhilah. Begitu juga Imam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim Rah A huma.

Catatan : Kebanyakan kritik yang beredar baik buku maupun internet terlihat asal saja dan hanya semata karena hasad belaka. Terbukti ketika mereka menulis halaman yang dikritik seperti dalam Fadhail Dzikr terbitan Kutub Khonat Faidzi dikatakan halaman tertulis masalah WIHDATUL WUJUD, ternyata tak betul karena di halaman tersebut bukan bercerita hal itu melainkan tentang daftar isi…. Capek deh !!

PEMBAGIAN ILMU MASAIL DAN FADHAIL

Di dalam kaedah jemaah tabligh menyebutkan bahwa syarat amal diterima adalah tahu fadhilahnya janji Allah dalam Amal tersebut. Sebagaimana Hadits : Barang siapa yang berpuasa karena Iman dan Ihtisab (berharap pahala) Al Hadits. Maka Nabi pun menganjurkan beramal harus mengharap pahala.

Seorang ustadz mereka di Masjid Jami’ Kebon Jeruk dalam ceramahnya mengatakan : Beramal karena mengharapkan janji-janji Allah adalah suatu bentuk KEIKHLASHAN.

Ulama mereka katakan : Sebagaimana orang yang hendak menikah dengan seorang gadis. Ketika selesai menikah sang gadis bertanya untuk dapatkan apa kamu menikah ?, maka orang itu menjawab : untuk dapatkan hadiah perkawinan. Maka pasti sang gadis akan marah! Karena seharusnya dia kawin karena ingin dapatkan gadis itu sedangkan hadiah hanyalah efek dari perkawinan.

Begitu pula dalam beramal tetaplah ikhlash semata karena Allah SWT sedangkan janji-janji Allah pasti akan didapatkan. Orang yang beramal tanpa yakin janji Allah maka seperti pesawat terbang tanpa mesin.

Itulah sebabnya jemaah tabligh setiap hari ta’lim ilmu fadhail 2 kali di masjid bersama jemaah masjid dan di rumah bersama ahli keluarga mereka.

Maulana Ilyas Rah A katakan : Ilmu Fadhail memiliki derajat satu tingkat di atas Masail karena dengan fadhail orang tergerak ingin beramal dan pada saat yang sama mereka akan belajar masail tentang amalan tersebut.

Ilmu Masail ibarat ban depan mengemudikan arah yang benar, sedangkan ilmu fadhail adalah ban belakang.

Mereka juaga mengatakan : Lihatlah karena orang tabligh belajar Fadhail maka hasrat untuk amal ditujukan untuk dirinya bukan untuk menilai amalan orang, sehingga ketika belajar masail tak akan salahkan orang lain karena agama adalah untuk diri sendiri demi mencapai Ridho Allah.

Sedangkan orang yang tak taklim Fadhail tetapi langsung Masail maka langsung melihat kesalahan orang lain karena agama bukan ditujukan untuk dirinya tetapi untuk orang lain, mulailah mereka menjadi Ahli Fatwa, Membid’ahkan bahkan meremehkan Madzhab yang di ijma’ oleh para ulama.

Mayaikh mereka katakan : Penolakan terhadap madzhab dengan mentah-mentah akan lebih banyak membawa orang kepada kesesatan.

Jemaah tabligh tidak ada taklim masail khusus tabligh, tetapi mereka mengarahkan kepada ustadz-ustadz masing-masing walaupun belum ikut dalam khuruj. Sehingga kalau kita saksikan di markaz-markaz mereka tak ada penyeragaman dalam shalat seperti di harokah. Justru dalam perbedaan mereka harmonis, tak ada yang salahkan satu sama lain. Prinsip dari jemaah tabligh adalah menghargai persamaan bukan menghargai perbedaan sehingga kebanyakan harokah lain berpecah dengan muslimin lainnya.

6. Sasaran Dakwah Mereka Adalah Orang Bodoh, Orang Miskin, Orang Pendosa

Pernah seorang yang dituakan di antara mereka ditanya kenapa Jemaah Tabligh tak ada SEMPALANNYA, di seluruh dunia tak ada TABLIGH TANDINGAN, tidak pernah terjadi keributan dalam kepemimpinan, program, dll.

Maka mereka katakan : Perbedaan antara jemaah mereka dengan jemaah lain adalah komponen pendukungnya. Jemaah mereka dibangun oleh orang bodoh yang hanya ikut saja tak ada inovasi, mereka taat kepada aturan jemaah, jemaah mereka orang miskin yang tidak punya uang untuk bikin tandingan karena biasanya orang kaya atau orang pandai jika usulan dalam jemaah ditolak mereka akan bikin tandingan karena punya uang untuk kumpulkan massa tandingan.

Jemaah mereka dibangun oleh orang-orang berdosa sehingga mereka hanya ingin tobat agar dosanya diampuni sehingga dengan cara apapun yang penting tobatnya diterima. Orang miskin tak punya cita-cita yang muluk-muluk hidupnya hanya untuk hari ini saja sehingga siap korban kapan saja.

Sedangkan harokah / organisasi lain senang jika orang pandai, orang kaya, para pejabat, orang sholeh / ulama ikut dalam jemaah mereka.

7. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terkesan Dengan Kekuasaan

Masyaikh mereka di Pakistan yakni Syaikh Abdul Wahhab ketika melihat pejabat-pejabat datang ke markaz mereka dengan formil dan pengawalan maka langsung beliau memerintahkan pejabat itu balik, karena beliau khawatir jamaah di markaz Raiwind yang hari-hari berjulah lebih dari 20.000 kehilangan tawajjuh kepada Allah dan hatinya bergeser kepada kekuasaan seolah agama dibangun dengan kekuasaan, mereka meyakini agama akan wujud dengan pengorbanan.

8. Dakwah Jemaah Tabligh Tak Terksan Dengan Harta

Di Pakistan yang menjadi markaz terbesar di seluruh dunia pernah di datangi oleh Perdana Menteri Pakistan Nawaz Syarif membawa satu koper uang untuk operasional markaz. Syaikh Abdul Wahhab telah TOLAK itu semua sehingga Nawaz Syarif katakan : Ya Syaikh, Anda tak akan temui lagi orang yang bawa uang sebanyak ini untuk markaz selain saya. Maka Syaikh Abdul Wahhab katakan : Dan anda tak akan temui orang yang tolak uang sebanyak ini selain saya.

Seorang dokter yang ikut jemaah mereka telah bercerita selama dia datang di markaz mereka tidak ada ratupun orang yang menyodorkan proposal. List sumbangan, bahkan kotak amal yang berjalan pun tak ada, tak ada pembicaraan tentang uang sumbangan. Tidak seperti di jemaah atau pengajian lain yang isinya cerita dana melulu, proposal, infaq, dll intinya ingin tarik uang umat untuk membiayai PERJUANGAN katanya.

9. Dakwah Mereka Tak Berpolitik

Seorang di antara jemaah senior mereka ditanya : Kenapa kalian tak berpolitik bukankah Rasulullah berpolitik juga?? Orang itu menjawab : Kalau kalian jeli mengamati pilihan untuk tidak berpolitik adalah sebuah politik juga yakni POLITIK untuk tidak BERPOLITIK. Mereka katakan : Kalau Rasulullah dahulu politiknya adalah merendahkan diri sendiri dan meninggikan muslimin lain, tetapi kalian sekarang berpolitik merendahkan muslimin saling caci, saling kritik, dan meninggikan diri sendiri seolah kalian yang terbaik.

Dalam politik Islam yang ada sekarang umumnya ingin turunkan orang lain dan menikkan diri sendiri berbeda dengan politik Nabi, Nabi datang kepada raja-raja untuk tawarkan Iman kalau mereka mau tak perlu diturunkan seperti Najasy. Kalau mereka menolak maka wajib bagi mereka bayar jizyah, kalau tidak mau juga baru diperangi. Adakah hari ini politik seperti politik Rasulullah ???

Mereka bukan tak berpolitik justru terlihat mereka sedang membuka jalan agar wujud politik Rasulullah yang sebenarnya di mana dimulai dari DAKWAH.

Mereka datang kepada pejabat-pejabat bahkan raja-raja agar mau ambil kerja Dakwah sebagai maksud hidup. Mereka sedang ambil aset Amerika secara perlahan-lahan. Mereka hantar jemaah-jemaah Dakwah ke Amerika dan mereka buat usaha sehingga turun hidayah di Amerika. Jika Amerika telah masuk Islam bukankah aset mereka menjadi aset Islam.

Syaikh Abdul Wahhab -Amir Dakwah Pakistan- katakan : Dahulu kami sebelum buat kerja dakwah, bangsa kami datang ke Amerika cari duit untuk bangun Pakistan. Tetapi setelah dakwah, kami cari uang di negeri sendiri setelah dapat kami belanjakan pergi ke Amerika supaya orang Amerika dapat hidayah.

Ketika utusan Usamah bin Laden datang ke Reiwind maka syaikh Abdul Wahhab kasih nasehat : kenapa kalian ajak orang Islam seluruh dunia perangi Amerika. Kita dakwahkan mereka dahulu dan doakan agar mereka dapat hidayah. Bahkan menurut pengakuan mereka beberapa pemimpin dunia telah keluar di jalan Allah bersama mereka seperti Putera Mahkota Kerajaan Qatar.

Mereka datang ke orang pemerintahan bukan ambil kekuasaan mereka tetapi agar para pemerintah mengamalkan agama di dalam pemerintahannya, begitu juga orang kaya bukan untuk ambil hartanya tetapi agar orang kaya dapat mentaati Allah SWT dengan hartanya.

Sehingga tak mengherankan jika para pejabat, orang kaya, dan alim ulama memiliki ketaatan yang tinggi kepada para ulama mereka di India dan Pakistan sehingga mereka mudah diarahkan.

10. Dakwah Mereka Tidak Minta Upah

Mereka hanya minta bayaran dari Allah saja, tak ada maksud untuk ambil uang dari mad’u (orang yang di dakwah). Ini lah yang menyebabkan mereka banyak ditentang oleh orang yang menjadikan dakwah sebagai mata pencaharian, mereka terusik dengan kehadiran jemaah sehingga mereka halangi jemaah dalam kampungnya, mereka katakan : Ini garapan saya, jangan dakwah di sini!!

Tetapi kebanyakan ustadz, penceramah yang ikut jemaah tabligh baru tahu bahwa selama ini mereka bukan DA’I tetapi MAD’U karena mereka dakwah kalau ada panggilan. Bahkan mereka berkelakar : Dulu kami setelah ceramah pulang ke rumah maka istri tanya ENTOK PIRO (dapat berapa) tetapi setelah ikut dakwah dengan jemaah maka istri tanya ENTE’ PIRO (habis berpa) duitnya.

Melepas Kedok Jemaah Tabligh, bagian 5 (Habis)

MENGAPA HARUS KE INDIA DAN PAKISTAN BUKAN KE MEKKAH ATAU MADINAH ?

Banyak anggota mereka yang telah menghabiskan harta mereka agar dapat datang ke India dan Pakistan belajar cara kerja dakwah yang asal. Sampai-sampai orang jual rumah, kendaraan, ternak, atau kehilangan modal usaha gara-gara ingin pergi ke sana. Bahkan dalam ceramah-ceramah mereka di markaz pusat maupun daerah selalu diakhiri dengan ajakan untuk pergi ke sana. Ada apa gerangan ?

Beredar di tengah masyarakat bahwa kiblat mereka jemaah tabligh bukan ke ka’bah, mereka tak mau pergi haji, haji mereka ke India Pakistan, dsb.

Orang tua di antara mereka mengatakan kami datang ke INDIA PAKISTAN untuk belajar ke tempat yang sudah hidup amal DAKWAH, bukan untuk beribadat di sana. Ada juga yang mengatakan sebagaimana orang ingin belajar sepak bola harus ke BRAZIL dan INGGRIS karena sudah sukses menjadi juara dunia. Begitu pula belajar HADITS orang perlu ke MADINAH, belajar qiraat ke MESIR, belajar madzhab Imam Syafi’I ke negeri MELAYU, belajar WAHABY ke ARAB SAUDI, belajar madzhab Hanafy ke KHURASAN. Maka apa salah kami belajar DAKWAH ke INDIA dan PAKISTAN karena di negeri itulah hidup amal dakwah.

Masjid banyak yang hidup 24 jam tidak seperti di Negara lain masjid banyak di kunci termasuk di MAKKAH dan MADINAH jika tak musim haji terkunci. (Penyalin : Rumah Allah DIKUNCI!!?) Padahal Rasulullah saw mulai kerja dari Masjid Nabawi yang hidup dengan amal 24 jam. Di Reiwind amalan hidup 24 jam sebagaimana Masjid Nabawi dahulu di zaman Rasulullah saw.

Ada juga di antara mereka yang katakan : Kami ke INDIA mau lihat sejarah bagaimana hasil kerja dakwah yang dibuat oleh Syaikh Maulana Muhammad Ilyas Rah A terhadap orang MEWAT. Suatu kampung pemakan bangkai, tidak mengenal Allah, tak pernah ibadah, sampai menjadi kampung yang penuh kesalehan.

Yang lain mengatakan banyak orang yang menuduh kami haji ke Pakistan bukan ke Mekah terkadang mereka sendiri belum berhaji. Lihatlah di markaz kami, di sana para hujjaj tak pernah di panggil Pak Haji, bahkan mereka berkali-kali haji, ini bisa dibuktikan jika kita Tanya para AHLI SYURA mereka rata-rata lebih dari 3 kali ke haji.

Di antaranya juga katakan : Kami datang untuk Shuhbah (berteman rapat / bershahabat untuk mengambil manfaat dari ILMU maupun AMAL) dengan ulama-ulama yang telah banyak berkorban dalam kerja dakwah, dan melihat kisah nyata kehidupan mereka yang telah jadikan dakwah sebagai MAKSUD HIDUP. Sebab jika kami tidak lihat mereka hanya baca tentang dakwah maka tak akan bisa kami terapkan.

Sebagaimana penjahit yang hanya membaca buku bagaimana cara menjahit jas tetapi tak pernah lihat bagaimana jas dibuat oleh penjahit yang lebih senior maka tak mungkin bias jahit. Memang kalau kita mau jujur mengamati kepergian mereka ke India dan Pakistan tak merubah cara ibadah, dan cara mu’asyaroh mereka, artinya tidak ada misi madzhab ataupun aliran yang dibawa. Mereka malahan lebih tenggelam dalam masyarakat dan memikirkan keadaan mereka yang jauh dari agama. Mereka shalat berjamaah dengan orang banyak, cara shalat pun tak berikhtilaf dengan umat Islam lainnya hanya saja mereka lebih menekankan sholat berjamaah, di awal waktu, dan di masjid.

Jadi kebanyakan tuduhan-tuduhan orang terhadap mereka kebanyakan hanya ikut-ikutan dan mencari-cari celah kesalahan tanpa melihat perubahan yang terjadi terhadap orang yang pulang dari sana.

BEBERAPA KRITIKAN TERHADAP JEMAAH TABLIGH

Kalau kita mau jujur melihat kritikan yang beredar sejak awal usaha didirikan oleh Syaikh Maulana Muhammad Ilyas Rah A, maka kita akan dapati kritikan dengan materi yang sama. Karena usut punya usut selalu bersumber dari kitab yang sama yang selalu dijadikan topik yang berulang-ulang. Di antara kritikan yang berulang-ulang itu adalah :

1. Mereka tak memiliki Tauhid Uluhiyyah hanya membicarakan Tauhid Rubbubiyyah saja.

2. Mereka memiliki kebiasaan TAWAF di kuburan.

3. Masjid-masjid mereka di dalamnya ada kuburan.

4. Buku Fadhilah amal mengandungi hadits-hadits dhoif.

5. Mereka ahli bid’ah di dalam ibadah.

6. Dakwah mereka kepada hal yang rendah yaitu shalat bukan dakwah untuk murnikan agama yakni anti terhadap bid’ah sehingga tak beresiko seperti Rasulullah saw.

7. Mereka merupakan gerakan sufi modern.

8. Tinggalkan anak istri dan tidak mengurusnya adalah suatu kedzoliman

9. Mereka dakwah tanpa ilmu sehingga berbahaya untuk umat Islam

10. Haji mereka ke India Pakistan

11. Mereka berlebihan dalam memuji masyaikh mereka (Ghuluw)

TANGGAPAN MEREKA TERHADAP KRITIKAN

Umumnya mereka tidak menanggapi kritikan-kritikan yang beredar bahkan mereka anggap angin lalu saja sehingga semakin menambah sakit hati orang yang mencemooh mereka. Karena jika kritikan ditanggapi maka orang yang kritik merasa kritikannya berarti atau merasa menang atas mereka. Tetapi aneh! Mereka tak tanggapi kritikan sehingga banyak ahli kritik yang benci mereka stress atas sikap mereka.

Tak ada satu buku pun ditulis untuk jawab kritikan. Dakwah mereka istikhlash seperti kuda INDIA yang dipakaikan kaca mata kuda tak lihat kiri kanan, tak lihat kerja orang lain, tak lihat apa kata orang, mereka tawajjuh hanya kepada tertib yang mereka telah sepakati.

Dalam mudzakaroh enam sifat mereka ada point tentang tashihun niyat / meluruskan niat. Di sana dikatakan bahwa cirri orang ikhlash adalah Sikapnya sama saja dengan orang memuji atau orang yang membenci. Mereka telah buktikan, walaupun dihina, dicaci, tetap mereka memberi salam kepada siapapun, selalu tersenyum, bahkan justru para pengkritik banyak yang tak mau jawab salam mereka, memalingkan muka dari senyum mereka, bahkan meludah di hadapan mereka.

BETULKAH JEMAAH TABLIGH SUATU ALIRAN KESUFIAN GAYA BARU ?

Banyak yang katakan bahwa para masyaikh jemaah tabligh adalah penganut Thariqat Chistiyyah. Hal ini tak bias dipungkiri terlihat dari buku yang ditulis oleh Syaikh Zakariya Al Kandahlawi dalam bukunya “Thariqat menurut Maulana Zakariya yang diterjemahkan oleh Ustadz Qosim Timori. Thariqat mereka bersanad sampai Ali Bin Abi Thalib R A.

Tetapi keanehan terjadi di dalam kerja dakwah yang mereka sebarkan tak pernah sedikit pun perintah orang untuk amalkan thariqat tertentu, hatta kepada orang yang sudah puluhan tahun ikur kerja dakwah sekalipun. Bahkan menurut sejarah yang shahih kerja tabligh yang ada sekarang dimulai ketika Syaikh Maulana Muhammad Ilyas Rah A menganggap cara-cara taklim, pengajian, thariqat yang pernah dinuatnya atas orang Mewat mengalami kegagalan dalam merubah mereka.

Dengan keilmuan yang luas Syaik Ilyas Rah A pernah membayar orang-orang Mewat untuk duduk di majlisnya dan dengan thariqatnya beliau pernah ajarkan orang Mewat untuk bersihkan Iman mereka. Tetapi semua mengalami kegagalan, barulah Allah beri taufiq untuk kerja Tabligh ini.

Lihatlah!! Mereka di masjid bukan untuk berdzikir saja tetapi mereka bertemu manusia untuk jadikan seluruh manusia berdzikir kepada Allah. Setelah itu mereka hidupp seperti biasa punya istri dan anak, punya pekerjaan. Adakah ajaran sufi seperti ini? Perlu kejujuran dalam menjawabnya.

Anehnya mereka pencemooh mengatakan Tabligh Sufi Modern karena kesamaan ucapan antara Syaikh Yusuf Rah A dengan tokoh sufi seperti Al Busyairi Rah A, dsb. Bukankah ucapan yang baik dan haq perlu selalu disampaikan walau dari siapapun. Bahkan pepatah Arab katakan : Ambillah nasehat walaupun dari dinding.

Lihatlah dalam hadits tentang perkataan Raja Hiraclius dikutip kembali oleh para shahabat dan para perawi hadits, tidak menjadikan shahabat atau perawi hadits dikatakan sebagai orang Romawi.

Inilah kedangkalan ilmu para pencemooh yang hanya didasari hasad sehingga Allah SWT tampakkan kebodohan mereka walaupun mereka dikecam justru menjadi promosi gratis bagi mereka sehingga orang yang berhati bersih jadi tablighi karena ingin tahu yang sebenarnya.

Ketika mereka katakan Jemaah Tabligh Khawarij Modern, maka orang langsung bisa lihat siapa yang Khawarij.

Ternyata sifat Khawarij yang tak mau salah (Ali RA dan Muawiyyah RA dimata Khawarij keduanya salah yang betul dia sendiri) justru ada pada para pencemooh.

Adakah Jemaah Tabligh salahkan orang ?? Baik dalam buku maupun dalam bayan mereka ?? Tidak!!

Adakah Jemaah Tabligh membid’ahkan orang sehingga tak mau shalat berjemaah di masjid, atau mau shalat hanya di masjid tertentu ?? Tidak !!

Adakah pelarangan dari syuro mereka atau ustadz mereka yang melarang duduk di majlis taklim yang diajar oleh ustadz yang bukan karkun ?? Tidak!!

Bahkan setelah khuruj dianjurkan agar lebih dekat dengan ulama di kampung mereka masing-masing.

Dengarlah ucapan Syaikh Maulana Muhammad Saad Al Kandahlawi : Wallahi!! Doa Masnunah (Doa masuk WC, Doa makan, dsb) yang diajarkan oleh Rasulullah saw jauh lebih hebat jika dibandingkan amalan yang diajarkan mursyid-mursyid dzikir.

Inikah yang dinamakan sufi?? Tidak, bahkan mereka adalah orang yang cinta sunnah Nabi saw.

Sufi menurut Ibnu Taimiyyah berasal dari kata suf artinya wol, yakni sebagian penduduk Kufah yang ahli ibadah berpakaian wol. Lihatlah baju jemaah tabligh apakah berasal dari wol?? Capek deh…

JEMAAH TABLIGH TINGGALKAN ANAK ISTRI LI I’LAI KALIMATILLAH

Jadi perginya seorang keluar di jalan Allah bukan untuk habiskan waktu di masjid, duduk, dzikir, pegang tasbih, kalaulah ini yang dibuat maka ini adalah bentuk kedzaliman terhadap keluarga. Tetapi para shahabat dahulu tinggalkan istri berbulan-bulan bahkan ada Al Faruq ayah dari Rabi’ah Al Faruq seorang muhaddits telah tinggalkan istri 27 tahun adalah untuk meniggikan kalimat Allah dengan berdakwah.

Datang dari kampung ke kampung, Bandar ke Bandar, dengan cara membentuk Jemaah dakwah. Bahkan di zaman Rasulullah saw tak kurang dari 150 jemaah telah dihantar Rasulullah saw. Dan Nabi sendiri telah ikut tak kurang dari 25 kali. Kini orang mau tegakkan agama hanya duduk di majlis taklim dan mencela sesama muslim…Mungkinkah???

TERTIB DAKWAH JEMAAH TABLIGH ADA DALAM KITAB HAYATUSHAHABAH

Amir dakwah mereka yang kedua yakni Maulana Muhammad Yusuf Rah A telah berkata: Kalau saya tuliskan suatu kitab ushul atau tertib kerja dakwah ini maka yang membaca hanyalah orang-orang yang ikut dalam kerja dakwah saja sedangkan yang lain tak baca. Padahal dakwah ini memiliki ushul dalam kehidupan sahabat. Karena Allah jadikan shahabat sebagai contoh tauladan umat. Untuk itulah saya tuliskan kitab HAYATUSSHAHABAH.

Maulana Ahmad Lat telah berkata bahwa kitab Hayatusshahabah sudah cukup untuk dijadikan ushul dalam kerja dakwah, tak perlu tambahan apa-apa, siapa yang ikut cara mereka akan ada jaminan keselamatan baginya.

Hayatusshahabah dihimpun dalam 3 jilid. Ketiga jilid merupakan keajaiban yang besar, karena belum ada kitab hadits yang ditulis dengan cara seperti ini.

Permulaan kitab ditulis dengan ayat :

“Dari kalangan orang beriman ada laki-laki yang telah membenarkan janjinya kepada Allah yakni mereka syahid dan mencari cari jalan untukk syahid”

Seolah-olah Maulana Yusuf Rah A ingin katakan inilah kitab yang berisi kisah orang yang telah tunaikan janjinya kepada Allah SWT. Akhir dari kitab ini adalah carita tentang bantuan-bantuan Allah secara ghaib yang diberikan kepada para shahabat. Sehingga tengah-tengah antara keduanya adalah berisi cara untuk datangkan bantuan itu. Mereka menamsilkan bahwa kehidupan shahabat ibarat lautan yang mana jika orang akan berenang di dalamnya harus tanggalkan dulu pakaiannya dan diganti dengan baju renang.

Ayat pembuka seolah pakaian yang bias menyelam dalam kehidupan mereka. Selama kita tak tanggalkan pakaian kita dan diganti dengan pakaian shahabat maka kita tak akan faham kehidupan mereka. Pakaian kita yakni saya seorang dokter, seorang guru, seorang ayah, seorang suami, harus kita tanggalkan dahulu dan menggantinya dengan pakaian mereka yakni Syahid dan Bersiap-siap Syahid.

Sehingga aneh jika ada seorang ustadz yang mengkritik mereka dan menanyakan mana dalil dakwah dengan cara keluar di jalan Allah ?? Mana dalilnya tinggalkan anak istri untuk dakwah ?? Mana dalilnya 4 bulan 40 hari, karena kisah tersebut telah ada dalam kitab hayatusshahabah dengan sanad hadits yang jelas.

Hanya saja menurut mereka orang yang tak mau mujahadah untuk meniru kehidupan shahabat tak akan faham dengan kehidupan mereka. Bagaimana mungkin orang akan faham agama dengan cara satu keadaan yang tak sama. Hanya mengkajinya di majlis taklim setelah itu pulang ke rumah ngobrol sama anak istri, bahkan nonton TV, kemudian shalat, dll.

Sementara para shahabat Nabi bermujahadah dalam terik matahari, kehausan, berhadapan dengan musush, musim dingin, dsb. Sedangkan Al Quran turun kepada mereka dalam keadaan suasana yang berlainan bukan di majlis taklim. Surat At Taubah turun di musim panas, surat Al Ahzab di musim dingin dsb. Mustahil akan bias memahami Al Quran tanpa mengambil pengorbanan mereka.

JEMAAH TABLIGH BUKAN ORGANISASI TETAPI DALAM KERJA DAKWAHNYA TERORGANISIR

Di mulai dari penanggung jawab mereka untuk seluruh dunia yang dikenal dengan Ahli Syura di Nizamuddin, New Delhi, INDIA. Kemudian di bawahnya ada syura Negara, misalnya : SYura Indonesia, Malaysia, Amerika, dll. Menurut pengakuan mereka ada lebih dari 250 negara yang memiliki markaz seperti Masjid Kebon Jeruk Jakarta.

Kemudian ada penanggung jawab propinsi, untuk Indonesia sudah ada di semua propinsi. Di bawahnya ada peannggungjawab Kabupaten, seperti : penanggung jawab Solo, Purwokerto, dll. Di bawahnya ada Halaqah yang terdiri dari banyak mahalah yang minimal 10 mahalah yakni masjid yang hidup amal dakwah dan masing-masing mereka ada penanggungjawab yang dipilih oleh musyawarah tempatan masing-masing.

Di India ada masjid yang menjadi Muhallah sekaligus halaqah dimana di dalam masjid hidup 10 kelompok kerja (jemaah yang dihantar tiap bulan 3 hari). Semua permasalahan diputus dalam musyawarah sehingga tak ada perselisihan di antara mereka dan mereka punya sifat taat kepada hasil musyawarah.

Walaupun mereka tak pernah katakan bentuk mereka kekhalifahan seperti harakah lain yang mempropagandakan Khilafatul Muslimin, tetapi system jemaah tabligh terlihat begitu rapi sehingga mereka saling kenal satu sama lain karena jumlah orang yang pernah keluar di jalan Allah tercatat dan terdaftar di markaz dunia.

Setiap 4 bulan mereka berkumpul musyawarah Negara masing-masing kemuadian dibawa ke musyawarah dunia di Nizamuddin.

Musyawarah harian ada di mahalah masing-masing untuk memikirkan orang kampung mereka masing-masing sehingga biarpun ada yang pergi tasykiil tetaplah ada orang di maqami yang garap dakwah di sana. Orang yang suka dakwah sendiri-sendiri / penceramah suka kritik mereka katanya kenapa harus dakwah jauh-jauh ke luar negeri kalau tempat tinggal sendiri aja belum beres. Hal ini karena dakwah jemaah tabligh berjamaah sehingga walaupun mereka pergi tasykiil di maqami ada orang yang tetap jalankan dakwah.

Yang jelas mereka telah amalkan ayat :

“Hendaklah ada di antara kamu umat (Ibnu Abbas mengartikan jemaah) yang mengajak kepada kebaikan, memerintah kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang yang mendapat kejayaan.” (QS Ali Imran)

PANDANGAN JEMAAH TABLIGH TENTANG KEKHALIFAHAN

Kekhalifahan adalah janji Allah dalam AlQuran, artinya pasti Allah beri sebagaimana dalam surat An Nuur :

Allah berjanji kepada orang yang beriman di antara kalian dan beramal shalih pasti sungguh mereka akan dijadikan khalifah di muka bumi.

Syura mereka beri bayan : Dua orang anak dijanjikan ayahnya : Nak, jika kamu lulus dan nilai kamu baik maka ayah akan beri kalian mobil. Anak yang pertama sibuk memenuhi syaratnya, belajar semakin rajin, siang dan malam, tak fikir mobil, maka pada waktunya akhirnya ia lulus dengan nilai yang baik. Anak yang kedua sibuk pergi ke showroom mobil, lihat-lihat, Tanya harga, duduk-duduk di joknya, dll. Setiap hari tidak pernah belajar hanya sibuk bicarakan mobil. Maka pada waktunya akhirnya ia tak lulus, karena nilainya jelek.

Tuan-tuan begitulah kekhalifahan, ada orang yang sibuk propagandakan, bicarakan, diskusikan tetapi lupa penuhi syaratnya. Bahwa syarat kekhalifahan diberikan Allah SWT adalah karena Iman dan Amal Shalih.

JEMAAH TABLIGH ALIRAN MASYAIKH MANIA / BERLEBIHAN DALAM IKUT MASYAIKH (GHULLUW), BENARKAH ???

Datanglah ke markaz Nizamuddin, dengarkan ceramah masyaikh mereka, Syaikh Maulana Muhammad Saad Alkandahlawi : Seandainya Maulana Ilyas Rah A hidup kembali dan beliau mengatakan wahai manusia dengar !! Jangan jalani kerja tabligh yang saya ajarkan kepada kalian, karena saya keliru dan ini kesesatan.” Maka kita jangan percayai Maulan Ilyas Rah A karena kerja ini adalah kerja Anbiya, kerja yang haq di sisi Allah SWT.

Bahkan orang-orang yang pergi ke Nizamuddin tak ada satupun yang menziarahi Makam Syaikh Ilyas Rah A, tak ada targhib / anjuran, apalagi diharuskan untuk ziarah ke makam Syaikh Ilyas Rah A. Kebanyakan mereka pergi ke Nizamuddin 40 hari tetapi selama itu tak ada program ziarah makam seperti kebanyakan orang yang adakan ziarah ke wali-wali. Bahkan banyak yang pergi ke sana sampai pulang tak tahu tempat makam Syaikh Ilyas Rah A termasuk penulis yang pernah datang ke sana tak ada yang mau tunjuki dimana makam itu. Wallahi!!

Tuan-tuan buktikanlah!! Datang ke sana, kalian akan tahu jawabannya bahwa mereka bukan kepada masyaikh mereka tetapi mereka taat kepada Rasulullah saw untuk meneruskan kerja mereka. Berbeda dengan para pencemooh yang suka menggunakan lisan Syaikh mereka dalam keburukan akhlaq. Menurut Syaikh anu, anu…jemaah tabligh sesat. Jadi mereka kutip omongan syaikh bukan dalam kebaikan, sedang jemaah tabligh ikut dalam kebaikan kepada masyaikh mereka.